Kalau kita menelusuri catatan sejarah, maka kita akan mendapati bahwa Dracula memang benar-benar ada dan tercatat dalam sejarah umat manusia. Drakula tersebut tidak seperti yang kita gambarkan selama ini. Dia merupakan seorang raja yang pernah berkuasa di daerah Eropa bagian timur yang bernama Vlad III atau Vlad Tepes (Dibaca Tsepes yang dalam bahasa Inggris adalah Impaler=Penyula). Dia dilahirkan di bulan November atau Desember 1431 di benteng Sighisoara, Transylvania, Rumania. Ayahnya yang bernama Basarab atau yang lebih dikenal dengan nama Vlad II merupakan seorang gubernur militer di Transylvania yang diangkat oleh Raja Honggaria yang bernama Sigismund.
Vlad II oleh Raja Sigismund diangkat menjadi anggota dari orde Naga, yaitu sebuah pasukan khusus Katolik yang ditugaskan untuk menghadapi pasukan Islam di garda depan. Lambang dari orde ini adalah berupa seekor naga dengan sayap terlentang luas dan ekornya berguling dilehernya. Dibelakang terpampang salib merah St. George. Gambar naga mewakili simbol binatang buas dan salib melambangkan kemenangan Kristus. Catatan di sebuah Universitas di Bucharest mengatakan bahwa dalam lambang tersebut terdapat tulisan Quam Misericors est Deus (Oh, how merciful God is), Pius et Justus (Justifiably and peacefully). Karena Vlad II selalu memakai lencana orde naga tersebut kemanapun ia pergi, maka orang-orang Wallachia memanggilnya dengan sebutan Vlad Dracul yang dalam bahasa Rumania Dracul berarti Naga. Jadi, Vlad Dracul artinya Vlad Sang Naga. Kata Dracula berasal dari Bahasa Rumania yaitu Draculea. Akhiran "Ulea" dalam Bahasa Rumania berarti "anak dari". Dari kata tersebut, Vlad III atau Vlad Tepes di panggil dengan nama Vlad Draculea yang berarti anak dari Vlad Dracul. Dan sejak saat itu Vlad III terkenal dengan nama Dracula.Di Turki, Dracula tumbuh menjadi remaja yang pembangkang. Dia terkenal dengan sikap keras kepalanya dan kekejamannya. Dracula sering menangkap tikus dan burung kecil dan ditusuknya dengan tombak-tombak kecil. Dia sangat girang ketika melihat binatang-binatang tersebut menggelepar kesakitan. Dia sering melihat pelaksanaan hukuman mati di alun-alun dan begitu menikmati setiap melihat penjahat atau pengkhianat negara dipancung. Selama berada di turki, dia memeluk Islam begitu juga dengan adiknya. Namun, dia memeluk Islam semata-mata untuk tujuan politiknya yaitu agar tidak diperlakukan sebagai tawanan sehingga dia diberikan kebebasan untuk menyusuri kota Turki. Kebebasan tersebut dimanfaatkan Drakula untuk belajar kemiliteran pada prajurit-prajurit turki yang terkenal handal dalam berperang sehingga dia melebihi prajurit-prajurit lainnya. Kemajuan yang diperoleh Drakula telah menarik perhatian Sultan Muhammad II dan menikahkannya dengan salah satu kerabatnya. Sikap Dracula berbeda dengan sikap adiknya. Radu tumbuh menjadi pemeluk Islam yang taat dan mempelajari semua ilmu pengetahuan yang ada di turki sambil mengembangkan keterampilan militer. Kalau Drakula terkenal sebagai pribadi yang kejam, Radu terkenal akan kebijaksanaannya. Inilah yang membuat Radu banyak mendapat simpati dari pembesar-pembesar Turki. Melihat kenyataan ini, kebencian Dracula pada adiknya dan orang Turki semakin menjadi-jadi.
Masa pemerintahan Dracula merupakan masa-masa teror dari tahum 1456-1462 yang sangat mengerikan. Naluri kekejaman Dracula benar-benar tersalurkan ketika dia sudah menjadi penguasa Wallachia. Kurang setahun dari kekuasaannya, dia telah membunuh ribuan orang. Para tuan tanah dan sanak kerabat Dan II dibunuh dengan cara yang belum ada sebelumnya yaitu disula. Penyulaan dilakukan dengan cara korban ditusuk dari bagian dubur dengan tiang pancang sebesar lengan tangan orang dewasa. Setelah tiang pancang masuk kemudian sula tersebut dipancangkan sehingga tubuh korban akan turun sedikit demi sedikit hingga menembus sampai kepala, mulut, atau bagian tubuh yang lain. Sejak saat itu Dracula dikenal dengan nama Vlad The Impaler (Vlad Sang Penyula).
Kisah kekejaman Dracula tersebar sampai ke pelosok sehingga tidak ada yang berani melawannya. Bahkan para perampok tidak berani melakukan aksinya di daerah Wallachia, sehingga membuat Wallachia mengalami masa yang stabil. Masa-masa stabil ini dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh Dracula untuk membangun kubu pertahanan. Dia memperbaiki benteng Poenari yang pertama kali dibangun oleh Mircea, kakek buyutnya, pada tahun 1300-an di sebuah bukit yang curam. Bangunan tersebut diperbaiki oleh para pangeran dan tuan tanah yang dijadikan sebagai budak. Selain membangun benteng guna memperkuat kekuasaannya, Dracula juga memperbaharui birokrasi gereja dengan cara mengganti kepala biara dan biarawan dari negeri asing dengan biarawan yang berasal dari Wallachia. Dia juga sering memberikan sumbangan yang besar kepada gereja-gereja agar gereja pun benar-benar mendukungnya. Salah satu gereja yang paling besar mendapatkan sumbangan Dracula adalah gereja yang ada di tengah danau Snagov yang sampai saat ini masih berdiri.
kekejaman Vlad Tapes berakhir ketika ia tewas dalam penyerbuan orang-orang Turki di sebuah kota dekat Buchares. Pada awal Desember 1476, Dracula ke luar dari pintu gerbang Tirgoviste dengan pasukan yang sangat kecil dan bergerak menelusuri sungai Dimbovita dengan tujuan utama Danau Snagov. Setelah berjalan lebih kurang 15 hari, mereka tiba di danau Snagov dan akhirnya terjadilah pertempuran yang hebat antara Dracula denagn pasukan Turki. Pada pertempuran itu, Dracula tewas di tepi Danau snagov. Kepalanya kemudian di penggal dan dibawa ke Konstantinopel dan dipancang ditengah alun-alun sebagai bahan tontonan. Namun, nasib kepala Dracula kurang begitu jelas, apakah dibuang di sungai sesuai dengan kebudayaan Turki ketika itu yang membuang kepala musuhnya ke sungai setelah dipertontonkan kepada rakyat atau kepala itu diambil oleh para biarawan ketika hendak dibuang di sungai dengan cara menyogok para pengawal yang ditugaskan untuk membuangnya. Mayat Dracula ditemukan di rawa dekat Danau Snagov oleh para biarawan snagov yang kemudian dikuburkan di biara Snagov sesuai dengan permintaannnya. Pada tahun 1931, terjadi penggalian di gereja Snagov untuk melihat tulang belulang dari drakula. Namun, setelah digali ternyata hanya berisi tulang kuda atau lembu jantan. Sampai saat ini, kuburan Dracula masih merupakan misteri keberadaannya.
Sampai saat ini belum banyak yang mengungkap tentang pembantaian Dracula terhadap umat Islam. Sejarah pembantaian tersebut seolah tertutup rapat oleh bebrbagai mitos tentang sosok draculayang akibatnya hanya sedikit di antara umat islam yang mengetahuinya. Pembantaiannya terhadap umat Islam tak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Sebagai salah satu panglima perang salib di daerah Transylvania, Dracula bertugas mencegah pasukan Turki agar tidak bisa bergerak ke Eropa Timur dan Barat dan dia memakai segala macam cara agar tugasnya terebut bisa berjalan dengan mulus, salah satunya dengan meneror umat Islam yang ada di daerah Wallachia dan sekitarnya. Sejarah mencatat puluhan mungkin ratusan ribu umat Islam dibantai oleh Dracula sepanjang masa pemerintahannya. Mereka yang menjadi korban berasal dari berbagai golongan yang sebagian besar petani, fakir miskin dan tahanan.
Namun sayang, korban pembantaian Dracula tersebut tidak pernah terungkap dengan jelas. Sosok bengisnya diubah menjadi misteri yang semakin kabur. Ada beberapa sebab mengapa sejarah pembantaian dracula tidak pernah diungkap secara terbuka diungkap secara terbuka:
- Pembantaian Dracula terhadap umat islam tidak bisa dilepaskan dari perang salib. Negara-negara Barat yang pada masa perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian hitler dan pol pot akan enggan membuka borok mereka sendiri, Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri.
- Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan salib. Betapapun kejamnya Dracula, maka dia akan selalu dilndungi nama baiknya. Dan sampai saat ini, di Rumania, Dracula dianggap sebagai Pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah para pahlawan pasti akan diambil sosok super heronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan, dan kelemahannya, dan begitulah sejarah Drakula.
Dan ada lagi yang harus dijelaskan bahwa selain mengaburkan sosok Dracula yang sebenarnya, mitos ini pun menghilangkan sosok Sultam Muhammad II atau yang lebih dikenal dengan Muhammad Al-Fatih yang di Negara barat dikenal dengan nama Sultan Mehmed II. Dalam sejarah memang disebutkan, bahwa Dracula berperang melawan kerajaan Turki, namun Sultan Mehmet II tidak disebut sama sekali seolah-olah lenyap ditelan zaman. Padahal sejarah resmi mencatat, peranan sultan dalam mengakhiri kejahatan yang ditimbulkan oleh Dracula yaitu dengan cara menggempur Dracula secara besar-besaran sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 1462 dan 1476. Serangan pertama menyebabkan Dracula kehilangan tahtanya dan serangan kedua menyebabkan Dracula tewas. Namun, semua fakta tersebut dihapus oleh Barat. Bahkan di dalam mitos disebutkan bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan dengan salib dan bawang putih dan bisa dibunuh dengan cara menusukkan pancang kayu salib tepat pada jantungnya. Kalau ditelisik lebih mendalam mitos tentang dracula tersebut kelihatan sekali muatan politisnya. Salib merupakan simbol utama perang salib. Ke mana pun pasukan salib bergerak, mereka membawa salib sebagai pegangan bahwa mereka sedang melakukan perang suci, dan sekaligus sebagai pelindung mereka. Dalam hubungannya dengan mitos Dracula, salib kembali dipakai. Salib dipakai sebagai simbol superioritas Barat. Mereka ingin menunjukkan hanya dengan saliblah Dracula bisa dibunuh dan hanya dengan saliblah masyarakat akan terlindungi dari teror vampir yang haus darah. Secara langsung sebetulnya mereka ingin mengatakan pada dunia bahwa pasukan bulan sabit tidak pernah berhasil membunuh Dracula, hanya merekalah yang dengan menggunakan salib dapat mengakhiri kehidupan Dracula.
0 komentar:
Posting Komentar